Falsafah PSHT

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan,
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu
masih Setia kepada dirinya sendiri atau ber-SH pada dirinya sendiri

Rabu, 11 Mei 2016

SYEKH DATU SUBAN



Datu suban sering disebut juga datu sya'iban ibnu zakaria zulkifli dgn ibunda bernama maisyarah, beliau hidup di kampung Muning Tatakan Kabupaten Tapin (Rantau) Kalimantan Selatan, beliau semasa hidupnya mempunyai martabat tinggi dan mulia, peramah dan paling disegani yang patut diteladani oleh kita sebagai penerus dan pewaris yang hidup di abad modern ini.

Datu suban adalah guru dari semua datu orang muning, selain ahli ilmu tasawuf, Datu Suban juga ahli ilmu taguh (kebal), ilmu kabariat, ilmu dapat berjalan di atas air, ilmu maalih rupa, ilmu pandangan jauh, ilmu pengobatan, ilmu kecantikan, ilmu falakiah, ilmu tauhid dan ilmu firasat, dengan ilmu yang dimilikinya banyaklah orang yang menuntut ilmu kepada beliau dan murid beliau yang paling terkenal ada 13 orang, yaitu:
1.       Datu Murkat
2.       Datu Taming Karsa
3.       Datu Niang thalib
4.       Datu Karipis
5.       Datu Ganun
6.       Datu Argih
7.       Datu ungku
8.       Datu Labai Duliman
9.       Datu Harun
10.    Datu Arsanaya
11.    Datu Rangga
12.    Datu Galuh Diang Bulan
13.    Datu Sanggul

Di antara ilmu-ilmu yang selalu diajarkan dalam setiap kesempatan, beliau selalu mengajarkan ilmu mengenal diri (ilmu ma'rifat) dengan tarekat memusyahadahkan Nur Muhammad, hal ini tidaklah mengherankan karena sebelum Datu Suban mengajarkan ajaran ma'rifat melalui tarekat Nur Muhammad ini, seorang ulama Banjar yaitu syekh Ahmad Syamsuddin Al Banjari telah menulis asal kejadian Nur Muhammad itu, yang naskahnya ditemukan oleh seorang orientalis bangsa Belanda R.O.Winested.

Datu Suban dikenal sebagai wali Allah, beliau memiliki karamah kasyaf yaitu terbukanya tabir rahasia bagi beliau sehingga dapat mengetahui sampai di mana kemampuan murid muridnya dalam menerima ilmu-ilmu yang diberikannya, seperti akan menyerahkan kitab pusaka yang kemudian hari dinamakan kitab barencong, kitab tersebut beliau serahkan kepada Datu Sanggul (abdussamad), murid terakhir yang belajar kepada beliau, menurut pandangan kasyaf beliau, hanya Abdussamad lah yang dapat menerima, mengamalkan dan mengajarkannya, karomah beliau yang lain beliau mengetahui ketika akan tiba ajalnya, ketika dari mata beliau keluar sebuah sosok yang rupanya sangat bagus, bercahaya dan berpakaian hijau, ini berarti tujuh hari lagi beliau akan berpindah alam, empat hari kemudian dari tubuh Datu Suban keluar lagi cahaya berwarna putih amat cemerlang, besarnya sama dengan tubuh beliau dan berbau harum semerbak, ini berarti tiga hari lagi beliau akan meninggalkan dunia fana ini, oleh karena itu beliau segera mengumpulkan semua murid muridnya, setelah semua muridnya berkumpul beliau berkata, "Murid-murid yang aku cintai, kalian jangan terkejut dengan panggilan mendadak ini, karena pertemuan kita hanya hari ini saja lagi, nanti malam sekitar jam satu tengah malam aku akan meninggalkan dunia yang fana ini, hal ini sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena ketentuan Allah telah berlaku".

Kemudian beliau membacakan firman Allah surat An Nahal ayat 61 yang berbunyi: "Apabila sudah tiba waktu yang ditentukan maka tidak seorang pun yang dapat mengundurkannya dan juga tidak ada yang dapat mendahulukannya." mendengar ucapan beliau itu semua yang hadir diam membisu seribu bahasa.
"Nah, waktuku hampir tiba" kata Datu suban memecah kesunyian itu. "Mari kita berzikir bersama sama untuk mengantarkan kepergianku" kata Datu Suban lagi. Semua murid dipimpin oleh beliau serentak mengucapkan zikir "Hu Allah...Hu Allah...Hu Allah...". "Perhatikanlah.. apabila aku turun kurang lebih 40 hasta sampai pada batu berwarna merah sebelah dan hitam sebelah, aku berdiri disana nanti, maka pandanglah aku dengan sebenar benarnya, yang ada ini atau yang tiada nanti, lihatlah aku ada atau tiada, kalau ada masih diriku ini tidak menjadi tiada, berarti ilmu yang kuajarkan kepada kalian belum sejati, tetapi bila aku menjadi tiada berarti ilmu yang kuajarkan kepada kalian adalah ilmu sejati dan sempurna"

Setelah berkata demikian beliau diam, kemudian meletuslah badan Datu Suban dan timbul asap putih, hilang asap putih timbul cahaya (nur) yang memancar-mancar sampai ke atas ufuk yang tinggi, kemudian lenyap ditelan kemunculan cahaya rembulan. Semua yang hadir takjub menyaksikan kejadian itu, kemudian terdengar gemuruh ucapan murid murid beliau... Inna lillahi wainna ilaihi raaji'uun.

Sumber:
- Manakib Datu Suban Dan Para Datu
- Cerita Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar